Ke Mekah Naik Sepeda Motor, Sudah Satu Minggu Rider Payakumbuh Masih “Tertahan” di Bangkok, Thailand

Rider Asal Payakumbuh yang mencoba menggunakan salah satu transportasi tradisional Tuk Tuk di Thailand

THAILAND – Rider asal Payakumbuh yang berniat pergi naik haji ke Mekah menggunaka sepeda motor, Nazif A. Yani (59), Ratnawati (55) dan Muliandri (52), saat ini masih “tertahan” di kota Bangkok, Thailand sejak Jum’at (19/5), ketika pertama kali rider ini menapakkan ban sepeda motornya di Negara yang dikenal dengan The Land of Smile karena keramahtamahan warga masyarakatnya.

Sejak berita ini diturunkan,  rider asal Payakumbuh terhitung telah satu minggu berada di kota Bangkok Thailand sampai saat ini. Mereka, tidak bisa melanjutkkan perjalanan darat ke Mekah Via Miyanmar karena faktor keamanan di negara tersebut. Alhasil, perencanaan perjalanan haji ke Mekah dengan menggunakan sepeda motor mengalami perubahan.

“Dengan situasi dan kondisi di Miyanmar yang kami dapati saat ini, kami putuskan untuk tidak masuk kesana. Kendala di Miyanmar ini tentu merubah perencanaan kita untuk bisa sampai di Kota Mekah, baik terkait teknis maupun secara finansial. Ini perlu kita perhitungkan karena besarnya biaya yang akan kita keluarkan,” ujar Ratnawati salah seorang rider Payakumbuh tersebut.

Menurut Ratnawati, telah terdapat beberapa opsi yang telah dibicarakan. Kesimpulan demi kesimpulan juga mereka dapatkan dengan cara berkonsultasi dengan pihak KBRI di Bangkok saat awal memasuki negara ini.

Rider Payakumbuh saat berfoto bersama Pejabat KBRI Thailand Mr. Hidayat Atjeh selaku Minister Konselor, Pejabat Fungsi Penerangan, Sosial & Budaya

Lebih awal, Ratnawati telah menjelaskan bahwa untuk menempuh jalur darat dengan melewatkan Miyanmar dan masuk melalui negara Laos dan China adalah hal yang mustahil dilakukan, kerana disamping jauhnya jarak tempuh yang akan dilalui, biaya guide di China sangat mahal sekali.

“Kalau kita lewat jalur darat tersebut jarak tempunya sangat jauh sekali. Disamping biaya, kita khawatir tidak bisa masuk kota Mekah tepat waktu karena akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan jarak tempuh yang ribuan kilometer tersebut,” kata Ratnawati menjelaskan.

Lebih jauh, Ratnawati menjelaskan bahwa satu-satunya jalan adalah dengan menggunakan jalur udara dengan terbang langsung ke Riyadh dari Bangkok, Thailand. Konsekuensi menggunakan jalur udara ini adalah, untuk masuk ke Arab Saudi adalah harus mengurus visa terlebih dahulu di Jakarta.

“Jalur udara adalah satu-satunya jalan menuju Mekah saat ini. Di awal kita sudah coba dengan menggunakan pengurusan aplikasi online lewat Saudi Visa Bio, tapi karena harus ke Jakarta pengurusannya, maka cari alternatif lain,” kata Ratnawati.

Saat ini, menurut Ratnawati, telah terdapat solusi pengurusan visa tersebut, dimana salah seorang kolega mereka di Jakarta yang akan membantu pengurusan visa tersebut.

“Alhamdulillah ada kolega kita yang akan bantu pengurusan visa di Jakarta. Kita sudah kirim seluruh berkas-berkasnya. Saat ini, sampai visa itu keluar, kami akan tetap di Bangkok,” ujar Ratnawati.

Khawatir Masalah Biaya

Ditanya kesiapan dana akibat perubahan rencana ini, Ratnawati enggan menjelaskan secara terperinci. Dirinya kepada wartasiber.com menjelaskan bahwa akan banyak biaya yang dikeluarkan untuk pengurusan visa, biaya penginapan, biaya pesawat, biaya makan, dan biaya pemulangan sepeda motor via cargo.

“Untuk pengurusan visa  biayanya lumayan besar juga. Karena kami rencana naik pesawat ke Riyadh, sepeda motor tidak bisa kami tinggalkan di Bangkok. Sepeda motor harus dikirim langsung ke Indonesia. Sebab, jangka waktu kami di Bangkok cuma 30 hari dan harus keluar dari sini,” kata Ratnawati.

Rencana Ratnawati, Sepeda motor akan dipulangkan ke Medan via kapal cargo. Estimasi biaya pengangkutan sepeda motor ini adalah sebesar Rp. 20 juta.

“Kita sudah cari informasi, biayanya sekitar Rp.20 juta, belum lagi untuk visa dan lain-lainnya. Perubahan rencana ini memang menggagu perencanaan keuangan kita. Kalau ada bantuan dengan senang hati kami terima,” ujar Ratnawati kepada Wartasiber.com

Berapa lama pengurusan visa ini, Ratnawati belum tahu secara jelas. Dirinya sekarang fokus menunggu visa di Bangkok sambil menikmati kota Bangkok itu sendiri.

“Kita bayak berinteraksi dengan warga masyarakat disini, termasuk wisatawan yang datang ke Thailand. Kita juga pergi ke tempat-tempat wisata untuk melihat-lihat kota Bangkok ini,” tutur Ratanawati.

Saat ini, Ratnawati, Nazif dan Muliandri, tidak lagi menginap di hotel Hotel A. House Boutique, daerah Pak Klong Thailand yang membandrol harga per kamarnya 650 bath/kamar. Untuk menghemat biaya, mereka lebih memilih mencari peginapan yang lebih murah namun tetap nyaman.

“Kami  sekarang tidak menginap di A Hosue boutiqe lagi. Kami mencari penginapan murah dan dekat dengan masjid. Disekitar penginapan ini juga  banyak masakan halal. Untuk semalamnya dibandrol 500 bath/kamar,” ujar Ratnawati.

Rider Payakumbuh saat bertemu dangan Patrict warga negara Amerika yang fasih berbahasa Indonesia

Untuk cerita yang menarik, Ratnawati mengatakan diriya di Thailand bertemu dengan seorang warga negara Amerika yang juga sedang berwisata ke Thailand. Nama wisatawan tersebut adalah Patrict. Patrict ternyata memiliki seorang istri yang bersal dari Indodesia, dan wajar Patrict fasih berbahasa Indonesia.

“Dengan Patrict kami banyak bercerita dengan menggunakan bahasa Indonesia. Istrinya ternyata juga orang Indonesia. Untuk Patrict, kami berikan oleh-oleh rajutan buatan sendiri untuk sarung korek api,” ujar Ratnawati terkesan.

Selain itu, Ratnawati juga pergi berbagai tempat wisata. Diantaranya adalah Candi Buddha yang terkenal yaitu Wat Arun yang terletak di distrik Bangkok Yai, tepatnya di barat hulu sungai Chao Phraya. Nama panjang dari candi ini adalah Wat Arunratchawararam Ratchaworamahavihara dan dianggap salah satu situs yang paling terkenal di Thailand.

“Di Thailand kami sempatkan juga untuk melihat situs yang terkenal di Thailand yaitu Candi Buddha Wat Arun dekat sungai Chao Phraya,” tutur Ratnawati.

Rider Payakumbuh saat melakukan kunjungan wisata ke Wat Arun di Thailand

Berkeliling Kota Menggunakan Tuk Tuk

Cerita lainnya di Thailand, Ratnawati juga mencoba  alat transportasi khas Thailand yang ikonik yaitu Tuk Tuk. Bentuknya mirip bajaj di Indonesia. Rodanya ada tiga, tapi kanan kirinya terbuka dan hanya ada penutup di bagian atap. Tuk Tuk ini biasanya  menjadi incaran para wisatawan yang berkunjung ke sana dan cocok untuk menjelajahi macetnya beberapa ruas jalan di Thailand.

“Disini kami juga mencoba naik bajaj ala Thailand yang dinamakan Tuk Tuk. Menggunakan sarana transportasi ini kami keliling kota Bangkok. Sungguh menyenangkan,” uja Ratnawati senang.

Sebagaimana diwartakan sebelumnya, rider asal Payakumbuh ini dilepas oleh Pemerintah Kota Payakumbuh pada hari Selasa (9/5) oleh Walikota Payakumbuh melalui Asisten II Elzadaswarman untuk menempuh perjalanan naik haji ke kota Mekah dengan menggunakan sepeda motor. Jalur yang telah ditempuh adalah Payakumbuh – Tanjungbalai Sumatera Utara – Malaysia – Thailand. (Ai)

 

 

Exit mobile version