Bahas Nasib Pengusaha di Rempang, HKTI Batam Siap Dialog dengan PT Makmur Elok Graha

HKTI Batam Gunawan dan Rika Santosas terkait Rempang
HKTI Batam Gunawan dan Rika Santosa terkait Rempang

BATAM – Ketua Himpunan Kerukunan Tani Indonesia Kota Batam Gunawan Satari menyatakan pihaknya dan anggota mendukung program pemerintah pusat yang ada di daerah Rempang Batam. Namun, masalah utama saat ini selain penolakan relokasi warga di kampung tua, HKTI Batam menjelaskan ada ribuan warga pendatang tinggal di Rempang dan membuka usaha puluhan tahun lamanya.

” Kita dukung program pemerintah pusat untuk mengembangkan Rempang Eco City di lahan seluar 20 ribuan Hektar. Namun, kami sampaikan di Rempang tidak saja ada masyarakat tempatan, tetapi ada banyak warga pendatang di Rempang. Warga pendatang ini mereka membuka usaha seperti perkebunan, perternakan, tambak perikanan darat, yang sejak lama membantu dan mensuplay kebutuhan masyarakat di Kota Batam. Bahkan, perlu diingat, selama massa Pandemi Covid 19, para pendatang yang membuka usaha perkebunan dan perternakan inilah yang berperan penting untuk memenuhi kebutuhan pokok saat itu,” kata Gunawan Satari, Rabu (14/9/2023) dalam dialog santai dengan Forum Wartawan Ekonomi Kepri di Atoek Coffe Batam Centre.

Gunawan menyampaikan, HKTI Batam sejak Agustus telah membuka posko krisis centre tempat anggota HKTI dan kelompok tani di yang berusaha Rempang datang mengadu.

” Ada lebih dari 200 yang mengisi formulir. Mereka ada pihak atas nama perusahaan dan peorangan yang berusaha pertenakan ayam, kambing, perkebunan, ikan keramba dan tambak udang. Untuk peternak ayam saja, ada yang berdiri di area 4 hekter dengan jumlah ayam puluhan ribu ekor. Ada juga berusaha tambah udang dan keramba. Itu semua modal mendirikan miliar rupiah. Dengan sebanyak itu diperkirakan ratusan miliar kerugian jika digusur tanpa ganti rugi, apalagi tidak ada ganti lahan. Mestinya, ini juga jadi perhatian pemerintah dan BP Batam,” kata Gunawan Satari.

Saat ini, HKTI secara organisasi tengah berkomunikaasi dengan berbagai pihak, untuk membahas langkah selanjutnya apa yang akan dilakukan jika terusir begitu saja.

” Kami siap diskusi, baik dengan pihak BP Batam, atau pihak investor PT MEG. Kami siapkan data dan siap dialog serta sebagai penjembatan antara Investor denga para pengusaha di Rempang,” harapan Gunawan.

Sementara itu, Rika Santosa, Wakil Ketua HKTI Batam menyampaikan usaha yang besar dan banyak di Rempang itu pertenakan Ayam konsumsi dan ayam petelur. Untuk membuat satu kandang yang panjang hampir 100 meter itu nilainya tidak main main. Ada banyak pekerja dimasing masing kandang ayam.

” Banyak effek dominonya. Mulai dari pekerja di kandang, lalu ada pihak pihak yang menjadikan kotoran ayam sebagai pupuk untuk kebun dan seterusanya. Inilah yang harus di hitung sebagai ganti rugi jika merelokasi kawan kawan kami,” kata Rika menambahkan.

Sementara itu, Tokoh Masyarakat Rempang yang tinggal di Jemabatan 4 Rempang Abdulah Sani Sembiring yang telah tinggal sejak tahun 1998 di Rempang, memiliki usaha mulai dari resto, pertambakan ikan dan kepiting hingga kebun buah naga pertama di Batam, tidak terima jika digusur dan tidak ada ganti rugi.

Abdulah Sani sangat mengetahui kondisi pulau pulau Rempang-Galang di tahun 1990 an.

“Saya ini mantan pilot pesawat. Saya lah yang dulu memfoto lokasi lokasi di Pulau Batam dan gugusannya Rempang Galang sebelum akan ada pembangunan jembatan Barelang saat ini. Dan, ternyata Pulau Rempang adalah pulau dengan kekayaan alam laut terbaik dan nomor satu di dunia. Terutama ikan ikan karangnya sangat bagus dan sangat laku di eksport. Termasuk untuk udah dan kepiting. Jikalah daerah Rempang fokus ke industri Kepiting dan udang saja dikembangkan, maka bisa kaya raya orang Batam,” kata Abdulah Sani kecewa usahanya menghidupkan Rempang dari daerah sepi penduduk menjadi berkembang seperti saat ini tidak ada peran dan bantuan dari pemerintah daerah.(*)

Tulisan Dedy Suwadha